Rekomendasi Koleksi Buku Abdurrahman Wahid

Oleh: Amri Mahbub Alfathon

Islamku Islam anda Islam kita: agama masyarakat negara demokrasi

297.032 ABD i

 

Pengarang   : Abdurrahman Wahid

Penerbitan   : Jakarta: The Wahid Institute, 2006

Deskripsi fisik  : xxxvi, 412 halaman ; 15,5 x 23 cm

Jenis bahan  : Monograf (Buku)

ISBN           : 979-98737-0-3

Subjek         : Islam; Politik

Lokasi         : Lantai 12A, Perpustakaan Nasional RI, Jl. Medan Merdeka   Selatan No: 11

 

Islamku Islam anda Islam kita: agama masyarakat negara demokrasi merupakan kumpulan esai yang ditulis Abdurrahman Wahid (Gus Dur) sejak 2001, setelah dilengserkan dari kursi kepresidenan, hingga 2006. Ada 94 artikel yang terbagi dalam tujuh bab. Pembelaan terhadap semua pihak dan golongan tanpa memandang agama, kelas, dan suku, yang mendapatkan penindasan dalam seluruh aspek kehidupan, baik politik, ekonomi, sosial, budaya, dan agama menjadi benang merah dari buku ini, termasuk perjuangan pembelaan dirinya sendiri yang mendapatkan diskriminasi oleh Komisi Pemilihan Umum (KPU) dalam pemilihan presiden 2004.

Pluralitas dalam melihat Islam dan kehidupan, yang bersandar pada etika dan spiritualitas, juga menjadi semangat artikel-artikel Gus Dur dalam buku ini. Pada bab satu (18 artikel) dan dua (sembilan artikel) disuguhkan wacana pengembangan substansi Islam dalam bentuk ideologi, kultural, maupun gerakan, sehingga akhirnya mampu menjadi dasar atau alternatif membangun bangsa. Kemudian pada bab tiga mengangkat isu yang kerap diperjuangkan Gus Dur: hak asasi manusia dan keadilan. Bab ini melihat bagaimana Islam memiliki dasar dalam persamaan (equity dan equality) untuk hidup. Oleh karena itu, melalui artikel-artikel dalam bab ini ia mengusulkan pembaharuan fiqh yang sesuai dengan perkembangan zaman yang ada—bukan berarti mengubah dasar dari yurisprudensi Islam itu sendiri: Al-Quran dan Sunnah. Sementara dalam bab empat, kita akan membaca bahwa Gus Dur sadar betul bahwa formalisasi Islam sebagai syariat dan hukum, termasuk dalam sektor ekonomi, terlebih jika penerapannya sekadar menjadi selimut kapitalistik. Padahal, Islam mengedepankan kesejahteraan masyarakat (al-maslahah al-ammah), yang untuk mencapai ke sana mekanismenya bisa dalam berbagai cara yang penting tidak bertentangan dengan Islam.

Persoalan aspek sosial-budaya akan bisa kita lihat dalam bab lima. Dalam bab ini, artikel-artikel Gus Dur berupaya untuk mengkritik “Arabisasi” yang ada di Indonesia. Langkah kritik Gus Dur inilah yang belakangan kita kenal dengan pribumisasi Islam karena memang substansi Islamlah yang sebenarnya harus diserap, bukan mensubordinasikan diri ke dalam konstruk Arab. Bab ini berkelindan dengan bab enam, yang mengangkat isu pendangkalan Islam oleh kelompok neo-fundamentalisme Islam. Menurut Gus Dur, banyak yang hafal Al-Quran dan hadis tapi tidak memahami substansi ajaran Islam dan berbagai penafsiran yang ada, juga tidak mau mengerti kaidah-kaidah ushul fiqh yang ada maupun variasi pemahaman terhadap teks-teks yang ada. Bab terakhir yang dibahas Gus Dur ialah upayanya untuk mewujudkan perdamaian dunia yang jauh dari kekerasan.

Biografi Gus Dur: the authorized biography of Abdurrahman Wahid

297.032 ABD i

 

Pengarang   : Abdurrahman Wahid

Penerbitan   : Jakarta: The Wahid Institute, 2006

Deskripsi fisik  : xxxvi, 412 halaman ; 15,5 x 23 cm

Jenis bahan  : Monograf (Buku)

ISBN           : 979-98737-0-3

Subjek         : Islam; Politik

Lokasi         : Lantai 12A, Perpustakaan Nasional RI, Jl. Medan Merdeka   Selatan No: 11

 

Biografi Gus Dur: the authorized biography of Abdurrahman Wahid merupakan terjemahan bahasa Indonesia dari judul asli GUS DUR: the authorized biography of Abdurrahman Wahid karangan Greg Barton. Buku ini diterjemahkan oleh Lie Hue. Sosok Abdurrahman Wahid (Gus Dur) digambarkan apa adanya oleh penulis, tanpa terjebak dalam sinisme ataupun apologetis.

Sebelum masuk ke dalam narasi, penulis menyertakan glosari untuk memandu istilah-istilah atau akronim-akronim yang mungkin kurang dipahami oleh pembaca. Ada lima bagian dalam buku ini. Bagian pertama membahas kehidupan masa muda dan latar belakang keluarga Gus Dur. Bagian kedua menceritakan pengembaraan intelektual Gus Dur yang selaras dengan bagian ketiga dan keempat, yakni masyarakat sipil dan dinamika perkembangan Islam di Indonesia. Bagian kelima berisi tentang perjuangan politik Gus Dur sejak aktif di Pengurus Besar Nahdlatul Ulama (PBNU), mendirikan Partai Kebangkitan Bangsa (PKB), menjadi Presiden RI keempat, dan setelah lengser.

Sebuah buku yang sangat komprehensif karena penulis menyusunnya dengan melihat dari dekat sosok Gus Dur dalam kesehariannya. Edisi bahasa Indonesia tidak menyimpang dari edisi aslinya. Diksi-diksi yang dipilih cukup dekat dengan bahasa aslinya.

Beyond the symbols: jejak antropologis pemikiran dan gerakan
GUS DUR

297.032 ABD i

 

92 (Abdurrahman) BEY

 

Pengarang   : Tim INCRëS (Institute of Culture and Religion Studies)

Penerbitan   : Bandung: INCRëS dan Remaja Rosdakarya, 2000

Deskripsi fisik : xxviii, 315 halaman ; 15 x 20,5 cm

Jenis bahan  : Monograf (Buku)

ISBN           : 979-514-996-2

Subjek         : Abdurrahman Wahid; Politik dan Pemerintahan

Lokasi       : Lantai 15, Perpustakaan Nasional RI, Jl. Medan Merdeka   Selatan No: 11

 

Gus Dur, panggilan karib Abdurrahman Wahid, tidak pernah lepas dari kontroversi. Bahkan, tampaknya, ia menjadi “kontroversi” itu sendiri mengingat tindak-tanduk dan gerak-geriknya yang sulit dipahami banyak orang. Ya, Gus Dur merupakan fenomena otonom, yang seluruh kenyelenehan dan kontroversi tindakannya hanya bisa dipahami dengan menelanjangi secara telanjang semua latar belakang sosial-intelektual-biografisnya, situasi sosial-politik-budaya kemunculannya, dan makna-makna tersembunyi di balik gerakannya.

Buku ini berusaha mengungkap partikel-partikel antropologis yang penting dijelaskan tersebut agar bisa lebih memahami perilaku Ketua Pengurus Besar Nahdlatul Ulama 1984-1999 ini. Buku yang berisi kumpulan esai berdasarkan hasil wawancara dari sahabat dekat, tokoh nasional, dan para pemikir yang memiliki otoritas di berbagai bidang ini juga berusaha membongkar arkeologi sosial-pemikiran dan gerakan Gus Dur, serta berupaya untuk menjelaskan tafsir dari sejumlah simbol yang kerap dilontarkannya di hadapan publik.

Ada tujuh fokus kajian tentang Gus Dur dalam buku ini: kebudayaan, politik, agama, ekonomi, gender, dan tasawuf. Buku ini disusun menjadi enam bagian. Pertama, prawacana dari K.H. Mustofa Bisri, sahabat yang dianggap paham betul dengan seluk-beluk perilaku Gus Dur. Kedua, narasi mengenai latar belakang perjalanan sosial-intelektual Gus Dur. Ketiga, mengupas beberapa kasus kontroversial Gus Dur yang menyita perhatian publik dalam proses kehidupan berbangsa. Keempat, menyajikan pandangan dari para ahli tentang Gus Dur dari sudut pandang teoretik-empirik. Kelima, daftar seluruh karya tulis intelektual Gus Dur yang genuine sejak dekade 1970-an hingga 2000. Keenam, bagian pascawacana yang ditulis oleh istri Gus Dur sendiri, Ibu Sinta Nuriyah Rahman.

Gus Dur—berbeda itu asyik (seri pejuang kemanusiaan)

92 (Abd) YAH g

 

Pengarang   : Iip D. Yahya (Teks), I.B. Shakuntala (Ilustrasi)

Penerbitan   : Yogyakarta: Kanisius, 2004

Deskripsi fisik : 100 halaman ; ilustrasi ; 21 x 26 cm

Jenis bahan  : Monograf (Buku)

ISBN           : 979-21-0671-5

Subjek         : Abdurrahman Wahid

Lokasi     : Lantai 12, Perpustakaan Nasional RI, Jl. Medan Merdeka   Selatan No: 11

 

Seri pejuang kemanusiaan yang dirterbitkan penulis merupakan buku bergambar yang menampilkan tokoh-tokoh yang memperjuangkan kesetaraan derajat manusia, menghargai perbedaan, dan anti-kekerasan. Tokoh yang diangkat dalam seri kali ini ialah Abdurrahman Wahid (Gus Dur). Seri ini mengabadikan perjuangan Gus Dur dan siapa yang mengajarinya tentang nilai-nilai kemanusiaan. Dalam buku ini, kisanya dimulai sejak ia sudah tinggal di Jakarta, kemudian cerita flashback ketika ia dan keluarganya masih tinggal di Jombang.

Ada juga narasi tentang K.H. Wahid Hasyim, ayahnya yang juga Menteri Agama RI pertama, yang sering kedatangan tamu dari berbagai kalangan. Pendidikan Gus Dur di Kairo dan di Eropa pun digambarkan dalam buku ini hingga kiprahnya ketika menjadi Ketua Tanfidziyah Pengurus Besar Nahdlatul Ulama sampai duduk di kursi kepresidenan. Di akhir, disajikan kronologi kehidupan Gus Dur. Karena buku ini dirangkai dalam bentuk buku bergambar (picture book) dan narasi yang ringan, gagasan dan perjuangan Gus Dur pun mudah dicerna oleh anak-anak.

Gus Dur dan sepak bola: kumpulan kolom Gus Dur tentang sepak bola

796.33 GUS

 

Pengarang   : Abdurrahman Wahid

Penerbitan   : Surabaya: Imtiyaz, 2014

Deskripsi fisik : viii, 183 halaman : ilustrasi ; 13,5 x 20 cm

Jenis bahan  : Monograf (Buku)

ISBN           : 978-602-7661-17-2

Subjek         : Abdurrahman Wahid; Sepak Bola

Lokasi   : Lantai 12, Perpustakaan Nasional RI, Jl. Medan Merdeka   No: 11

   Kita bisa melihat kalau Abdurrahman Wahid (Gus Dur) adalah seorang pengamat sepak bola yang jeli. Bagi Gus Dur, bola bukan sekadar permainan maupun olahraga. Lebih jauh dari itu, untuknya, sepak bola dapat mencerminkan kehidupan sehari-hari dari masyarakat. Di tangannya, si kulit bundar itu menjadi “pisau bedah” untuk melihat sosial-budaya yang kompleks. Kurang lebih buku ini menggambarkan hasil analisis Gus Dur dengan “pisau bedah” tersebut.

Misalnya saja tulisan yang berjudul “Piala Eropa: Adu Pola” yang terbit di Tempo edisi 27 Juni 1992. Ia menulis, “Tim yang lolos dari ke semifinal adalah tim yang tidak terlalu bergantung pada seorang bintang penyerang saja.” Secara tersirat Gus Dur sebetulnya sekaligus menganalisis Uni Eropa yang baru saja terbentuk pada tahun tersebut dengan sistem pilar melalui Perjanjian Maastricht. Melalui tulisan-tulisannya tentang sepak bola, secara tak sadar Gus Dur memantik kajian yang oleh Franklin Foer, sosiolog sepak bola, disebut sebagai soccer sociology. Selain artikel-artikel Gus Dur, buku ini juga memuat tulisan-tulisan Sindhunata, kolumnis sepak bola dan sastrawan, yang mengulas lebih jauh analisa-analisa Gus Dur tersebut.